Bisakah Isi Tinta Sublim Pada Print Head Solvent, agar 1 printer untuk semua?

Bisakah Isi Tinta Sublim Pada Print Head Solvent?

Ilustrasi Artikel WP perawatan head

Sahabat Laysander, semakin berkembangnya dunia digital printing tentu selaras dengan kemudahan dalam mendapatkan hasil print yang lebih baik. Jika dahulu kita hanya bisa menprint dengan menggunakan media kertas, atau harus dengan cara tradisional jika ingin gunakan bahan lain, maka kini tidak lagi. Penawaran mencetak pada berbagai media seperti kayu, kaca, keramik, juga kain saat ini pun sudah banyak ditemui. Tentunya, kemajuan ini tidak terlepas dari perkembangan mesin digital printing yang terus mengikuti kebutuhan pasar dari waktu ke waktu.

Baca juga: Apakah Bisa Cetak Langsung di Bahan Polyester?

Di Laysander, ada beberapa segmen mesin digital printing yang saat ini paling banyak digunakan, yaitu advertising dan juga tekstil. Seperti namanya, mesin digital printing advertising adalah mesin digital printing yang sering digunakan untuk kebutuhan periklanan. Mesin advertising ini biasanya menggunakan tinta solvent yaitu jenis tinta yang memiliki ketahanan terhadap terik matahari dan hujan. Karena itulah mesin print advertising ini cocok digunakan untuk menprint spanduk, banner, ataupun kebutuhan periklanan lainnya dengan bahan flexy atau bahan outdoor lainnya.

Sedangkan, mesin printing kain digunakan untuk mencetak pada media kain. Secara teknologi, ada mesin sublim untuk mencetak bahan dengan kandungan polyester, dan ada pula mesin print katun. Mesin print kain ini memungkinkan Anda menprint di banyak jenis bahan kain seperti satin, spandex, jersey, scuba, velvet, cotton, canvas tebal, dan lainnya. Karena itu mesin print ini biasa digunakan untuk mencetak kerudung, baju jersey, dan lainnya. Sesuai judul, kali ini yang akan kita bahas adalah mesin sublim, yang mencetak dengan menggunakan tinta sublimasi. Seperti apa ya prosesnya?

Mencetak dengan tinta sublimasi ini pada dasarnya menggunakan kekuatan panas untuk membuat tinta menyatu pada kain. Pertama, print hasil desain yang Anda inginkan pada sebuah kertas khusus (transfer paper). Kemudian kertas khusus ini dimasukan ke dalam mesin print panas bersuhu 350 sampai dengan 400 derajat Farenheit. Pada saat inilah tinta di dalam printer dengan bahan transfer berupa kertas khusus tadi berubah wujud dari padat menjadi gas sehingga dapat menyerap ke dalam serat material kain yang ingin diprint.

Baca juga: Apa Bisa Printer Sublimasi Cetak di Media Katun?

Melalui penjelasan di atas, Sahabat Laysander mungkin telah mengetahui proses tinta sublim bekerja pada mesin print kain. Namun, seiring dengan meningkatnya permintaan pasar akan kebutuhan mencetak secara custom, maka tidak jarang banyak orang ingin mencoba “mengkonversi” mesin digital printing advertising (solvent) mereka menjadi mesin print kain dengan cara mengisinya dengan tinta sublim. Pertanyaan selanjutnya, apakah hal ini bisa dilakukan?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, Sahabat Laysander mungkin perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai salah satu bagian utama dari sebuah mesin digital printing, yaitu printhead-nya. Ada dua jenis printhead pada printer advertising secara umum yakni piezo head dan thermal head. Namun, diantara keduanya, beberapa orang meyakini bahwa piezo head masih memiliki kemungkinan untuk bisa diisi dengan tinta sublim. Untuk mengkonversi printer dengan piezo head menjadi printer sublimasi berikut langkah-langkah yang mungkin bisa dilakukan :

  • Melakukan pembersihan printer dengan teliti. Sebab bisa masih ada sisa tinta yang tertinggal maka proses mencetak dengan tinta sublimasi ini akan gagal.
  • Me-reset parameter printer agar sesuai dengn kebutuhan mesin print Anda. Tinta yang berbeda memiliki kriteria teknis yang berbeda, seperti kerapatan, viskositas, tegangan permukaan, serta konsumsi tinta yang dibutuhkan oleh gambar yang ingin Anda print.
  • Mengubah profil ICC jika diperlukan. Hal ini karena profil ICC dapat mengontrol kinerja tinta dengan warna visual yang Anda inginkan. Jadi jika Anda menginginkan konsistensi gambar serta warna yang memiliki kualitas tinggi dalam proses print yang berbeda, maka sesuaikanlah profil ICC dengan printer dan tinta yang Anda miliki.
  • Mencetak saat printer, kertas, tinta, panasnya sudah sesuai sehingga dapat menghasilkan hasil print yang tentunya juga memiliki kualitas yang baik.

Baca juga: Nilai Produksi Naik, Lengkapi Printing Kain Dengan Laser Cutting

Beberapa orang meyakini cara tersebut dapat Sahabat Laysander lakukan untuk mengubah solvent menjadi mesin print kain dengan cara mengisi tinta sublim. Anda mungkin dapat mencoba mengisi mesin print ads Anda dengan tinta sublim, bila gagal maka printer Anda bisa kembali dicuci meskipun saat dikeluarkan tinta akan berbentuk seperti jelly. Namun kami tidak menyarankan Sahabat Laysander untuk mengisi tinta sublim pada head solvent.

Hal ini karena pada saat Anda memasukan tinta ke dalam printer, hal yang seringkali terjadi ialah tinta akan tumpah berantakan seperti bocor karena sistem penahan tintanya berbeda dengan mesin print kain. Selain itu, meski tinta sublim ini tidak akan membuat printer Anda konslet, namun nozzle 30 PL yang dimiliki solvent akan membuat hasil gambar terlihat lebih kasar dikarenakan dot pada solvent lebih besar dari mesin print kain. Untuk itu, kami menyarankan sebaiknya gunakanlah tinta sublim pada printer yang sesuai dan jangan memaksakan jika memang printer yang Anda miliki belum sesuai.

Nah, jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar printer atau ingin menemukan tinta yang tepat untuk printer Anda, yuk, langsung saja hubungi kami!

Penulis: DWA/ Editor: IG

Pernah menemukan perbedaan warna pada hasil cetak dan design di monitor? Simak penjelasannya berikut ini!

Warna Hasil Cetak Beda Dari Monitor, Ini Alasanya

Ilustrasi Artikel WP warna layar dan cetakan beda 3

Dalam usaha digital printing, setelah proses mendesain, biasanya sahabat Laysander melanjutkan proses berikutnya yaitu mencetak. Telah berupaya keras untuk mendesain sebaik-baiknya, tentu hasil cetakan yang diharapkan minimal serupa dengan apa yang telah di buat pada layar. Namun, pernahkah Anda merasa bahwa warna hasil cetakan yang didapat tidak sesuai dengan apa yang di desain? Eits, namun jangan kesal terlebih dahulu. Berikut kami akan menjelaskan penyebab mengapa warna pada hasil cetakan kerap berbeda dengan yang tampil pada layar.

Proses perbedaan warna tersebut dapat terjadi karena pengaruh sistem mode warna yang digunakan, yakni RGB dan CMYK. Pengetahuan mengenai dua mode warna RGB dan CMYK ini menjadi penting, supaya sahabat Laysander dapat lebih optimal dalam proses mendesain. Tidak hanya itu, dengan mengetahui perbedaan keduanya, tentu Anda dapat pula mendapat hasil cetak dengan kualitas yang diharapkan. Lalu, apakah yang dimaksud dengan RGB dan CMYK?

hasil cetak beda dengan monitor 1

Baca juga: Cek 4 Hal Ini Kalau Warna Tidak Keluar Saat Cetak!

RGB seringkali digunakan oleh para desainer saat mendesain di layar monitor. RGB sebenarnya merupakan singkatan dari RED-GREEN-BLUE. Lebih lanjutnya, biasanya ketiga warna ini merupakan unsur utama dari gambar digital. Untuk warna lainnya, biasanya muncul dari hasil gabungan dan perbedaan pengaturan intesitas dari warna-warna inti tersebut. Proses penggabungan dan variasi warna tersebut dikenal dengan istilah percampuran aditif.

Proses percampuran aditif ini semuanya dimulai dengan warna hitam. Kemudian, warna merah, hijau, dan biru mulai ditambahkan dan saling mencerahkan untuk membuat pigment warna yang baru. Uniknya, ketika warna merah, hijau, dan biru dicampur pada intesitas warna yang sama, maka terbentuklah warna putih yang murni. Jika ingin membuat variasi warna yang lebih banyak, Anda dapat memainkan saturasi warna, vibrasi warna, bayangan, dengan memodifikasi ketiga warna utama diatas. Hal ini sangat mudah diatur karena bersifat digital sehingga Anda dapat menentukan warna yang Anda inginkan.

RGB sendiri dapat Anda gunakan untuk berbagai tampilan desain secara digital yang menggunakan TV, komputer, smartphone, atau kamera. Contoh konkret yang dapat diambil ialah gambar logo serta iklan online yang sering muncul di komputer Anda. Format file yang sering digunakan untuk menyimpan RGB terdiri dari JPEGs, PSD, PNGs, GIFs. Keempat jenis format file ini sangat mudah teraca oleh software manapun sehingga Anda tidak akan kesulitan saat membuka file yang ingin dicetak. Sebaliknya, hindarilah fromat file seperti TIFF, EPS, PDF, dan BMP ketika ingin menghasilkan file RGB. Hal ini karena file-file tersebut biasanya memuat data lebih besar dan seringkali tidak terbaca pada software tertentu.

Baca juga:ICC Profile: Kenapa Warna Hasil Cetak Beda?

Jika proses percampuran warna pada RGB dimulai dengan warna hitam, maka berbeda dengan CMYK. Sebelumnya, CMYK adalah singkatan dari Cyan, Magenta, Yellow, dan Key/Black yang merupakan unsur warna utama dalam gambar cetak. Sama seperti RGB, untuk menghasilkan warna lain, CMYK juga menggabungkan warna-warna inti diatas. Namun, percampuran ini didasarkan pada tingkatan warna pada tinta secara fisik. Karena itulah, proses percampuran ini dinamakan percampuran substraktif.

Percampuran substraktif dimulai dengan warna putih murni, sehingga apabila dicampur maka tingkat kecerahan pada setiap layer warna yang digunakan akan berkurang dan menghasilkan warna baru yang diharapkan. Berbeda dengan RGB, saat warna-warna pada CMYK digabung, justru menghasilkan warna hitam yang intens.

CMYK dapat Anda gunakan untuk berbagai desain yang tidak hanya ditampilkan di layar monitor namun harus dicetak. Contoh penggunaan desain CMYK yang sesuai ialah saat membuat kartu nama, berbagai merchandise, iklan billboard dan lainnya. Lalu, format file yang cocok digunakan oleh CMYK ini ialah PDFs, AI, dan EPS.

Melalui penjabaran mode warna RGB dan CMYK tadi, maka kini kita dapat mengetahui bahwa penyebab dari adanya perbedaan pada hasil cetak dengan yang tampilkan dalam layar monitor adalah gambar dari sistem RGB yang kemudian dicetak dengan menggunakan printer dari sistem CMYK.

Baca juga: Mudah, Coba Ini dan Atasi Warna Tinta Tidak Pekat!

Sistem RGB dapat menghasilkan warna putih saat ketiga unsur warnanya digabungkan namun, tidak dapat menghasilkan warna hitam. Sebaliknya, warna printer yang menggunakan sistem CMYK bisa menghasilkan warna hitam ketika keempat unsur utama warnanya digabungkan namun, tidak bisa menghasilkan warna putih. Oleh karena itu, saat melakukan proses percetakan, warna yang dihasilkan pada printer tidak bisa 100% sama dengan warna pada layar monitor.

Sebenarnya saat mendesain pun kita sudah dapat melihat perbedaan hasil yang nyata bahwa warna yang tampak pada monitor tidak sama dengan yang dicetak melalui mesin print. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melakukan konversi dari file RGB menjadi CMYK di photosop. Dari sana akan terlihat perbedaan warna yang cukup terlihat. Lalu, apa yang sahabat Laysander bisa lakukan untuk mendekatkan warna monitor dan printer agar semirip mungkin? Salah satu caranya ialah menggunakan ICC profile yang sesuai dengan setting printer, tinta, dan media yang digunakan.

Namun, jika Anda masih merasa kesulitan terkait hasil cetakan ini, Anda bisa tanyakan langsung kepada Laysander, lho! Bukan hanya dapat membantu Anda, namun tim teknis handal kami juga akan memberikan solusi atas segala permasalahan hasil cetak yang Anda alami. Yuk, jangan ragu untuk berkonsultasi bersama Laysander!

Penulis: DAW/ Editor: IG

Banyak yang memutuskan memilih mesin digital printing rekondisi karena dirasa lebih terjangkau untuk memulai bisnis, benarkan begitu?

Mesin Bekas, Masihkah Jadi Pilihan yang Baik?

Ilustrasi Artikel WP mesin rekondisi2 2 1

Pernah dengar istilah mesin digital printing rekondisi? Mungkin, istilah “mesin second” lebih familiar ya buat Anda. Ya, mesin rekondisi merupakan mesin second yang sudah diperbaharui kondisinya, dan diberikan teknologi (printhead) baru. Ini tampaknya bisa jadi solusi bagi Anda yang baru ingin menjajakibisnis digital printing dengan memiliki mesinnya sendiri, tapi dengan dana yang terbatas. Tapi perlu bagaimana pun perlu Anda ingat, sebaik apa pun sebuah mesin direkondisi, tentu belum bisa mengalahkan kualitas mesin baru. Jadi, Anda perlu perhatikan matang-matang dan bisa juga menganalisa terlebih dahulu kebutuhan customer Anda.

Hal lainnya yang perlu Anda perhatikan adalah ketersediaan parts mesin digital printing dan siapa penjual mesin tersebut. Mesin yang sudah “berumur” bisa jadi beberapa parts-nya sudah discontinue bahkan dari pabriknya, jadi akan lebih sulit. Selain itu, seringkali mesin rekondisi dijual tanpa garansi, jadi Anda berpotensi mengeluarkan uang lebih besar. Karena itu, kalau memang pertimbangan Anda sudah matang dan akan membeli mesin rekondisi, konsultasikan dan belilah dari supplier terpercaya!

Baca juga: Mesin Digital Printing China VS Jepang

Ringkasan Perbandingan

Biar lebih pasti, coba deh buat checklist dari 5 hal berikut, sebelum beli mesin digital printing rekondisi!

Mesin Baru Mesin Rekondisi 
Hasil cetak optimal ditunjang oleh kondisi head baru Hasil cetak kurang baik karena head bekas
Garansi 1 Tahun Garansi 6 bulan (beberapa mesin)
Biaya perawatan rendah Biaya perawatan dan spare parts lebih tinggi
Hasil cetak yang lebih baik Hasil cetak kurang maksimal

Perbandingan singkat mesin baru & rekondisi

Kualitas Cetakan

Seperti yang sudah kami jelaskan, tentu kualitas mesin rekondisi tidak se-prima mesin baru. Meskipun begitu, paling mesin rekondisi incaran Anda harus menghasilkan kualitas cetakan yang masih cukup oke ya. Baik itu dari segi warna, maupun kejelasan dan ketajaman hasil cetakan. Kalau poin pertama ini sudah tidak terpenuhi, Anda bisa berpikir ulang dan kami sarankan mencari mesin lain ya. Karena, tentunya hasil cetakan menjadi poin penting yang dicari oleh pelanggan Anda.

Kecepatan Cetak

Mesin terbaru tentu menghasilkan cetakan dalam waktu yang lebih cepat dibanding mesin generasi sebelumnya. Karenanya, Anda harus memastikan kondisi mesin rekondisi yang hendak dibeli, dan memperhitungkan apakah kecepatannya bisa memenuhi kebutuhan produksi. Kalau poin pertama dan kedua ini terpenuhi dengan baik, mesin rekondisi tersebut bisa jadi pertimbangan yang baik untuk Anda.

Baca juga: Printer Huruf Timbul: Hasilkan Keuntungan Lebih!

Garansi dan Kualitas Mesin

Umumnya, supplier mesin akan memberlakukan jangka waktu tertentu untuk memberikan garansi kepada mesin Anda. Jika sudah beberapa tahun berlalu, atau ada bagian yang sudah dimodifikasi, tentunya garansi tersebut sudah tidak berlaku ya. Karena itu, spesial untuk mesin rekondisi, Anda harus menanyakan jangka waktu garansi yang berlaku, dan apa saja bagian yang digaransi. Selain itu, Anda juga perlu menanyakan detail keadaan mesin tersebut, serta kerusakan apa yang sudah pernah terjadi. Serta, apakah parts yang terpasang masih original dan bisa berfungsi dengan baik. Tentunya akan lebih terjamin pula kalau Anda membeli mesin rekondisi yang cukup dikenal ya, seperti Epson, Liyu, maupun Ecojet.

Cek Harga

Jika semua poin sebelumnya sudah oke, langkah terakhir adalah memastikan uang yang Anda bayarkan setimpal dengan apa yang Anda dapatkan. Anda bisa browsing dulu harga terbaru mesin rekondisi yang setipe, baru menentukan tambatan hati ya.

Ingat, meskipun membeli mesin rekondisi lebih berisiko dibanding mesin baru, bukan berarti ini jadi pilihan yang buruk. Kalau Anda masih ragu dan banyak pertanyaan, jangan segan hubungi kami ya, kami siap sedia membantu!

Baca juga:4 Cara Meningkatkan Omzet Usaha Digital Printing

Alamat

Jalan Pahlawan Seribu
Ruko Golden Boulevard R 21
BSD City - Tangerang
Indonesia

Service Center:

- Bandung   - Lombok   - Surabaya   - Yogyakarta   - Medan   - Jambi

Hubungi Kami

TELP: 021 5316 1450
Whatsapp: 0812 9757 5570

Sosial Media